Sunday, August 20, 2023

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional


Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Mulyono - Menurut KHD, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani.

 

Pemikiran KHD tersebut mengingatkan kita sebagai seorang Guru yang harus mimiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran. Peran tersebut juga berkaitan dalam mewujudkan Kesejahteraan siswa (student well-being) terkait dengan keadaan emosional yang berkelanjutan yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif, hubungan positif dengan siswa dan guru lain, ketahanan, optimisasi diri, dan tingkat kepuasan yang tinggi dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.  Tentu untuk mewujudkan haltersebut perlu adanya sebuah kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995.

 

Pengertian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

 

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

 


Tujuan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

Tentu tujuan utama dalam pembelajaran Sosial dan Emosional adalah untuk mewujudkan 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) pada diri anak. Adapun kelima kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:


1.    Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

2.    Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

3.    Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.

4.    Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.

5.    Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

 

Well-Being

 

Seperti yang telah penulis sampaikan diatas, secara mendetai arti dari Well-being adalah kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

 

Implementasi Pendidikan Sosial dan Emosional

 

Adapun pada prakteknya Implementasi Pendidikan Sosial dan Emosional dapat diintegrasikan dalam:

1.    Dalam pembelajaran dikelas

Tentu perlu memasukkan unsur kompetensi Sosial dan Emosional dalam tahapan pembelajaran, yang prakteknya boleh Sebagian ataupun ke-5 KSE masuk dalam satu pembelajaran yang bisa mulai disusun dalam sebuah modul ajar ber-KSE

 

2.    Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasial (P5)

Selain dalam pembelajaran di kelas tentu KSE juga dapat disisipkan dalam setiap kegiatan P5

 

3.    Program Pembiasaan di Sekolah

Program pembiasaan yang Ber-KSE tentu juga wajib dilaksanakan untuk menumbuhkan sikap dan karakter anak yang nantinya memiliki kesadaran Sosial dan Emosional.

 

4.    Budaya Sekolah

Dari program sekolah yang dibentuk dalam sebuah pembiasaan tentu akan menjdi budaya positif yang ber-KSE di sebuah sekolah yang tentu endingnya malah akan bisa menjadi Brand Sekolah, tentu tidak lepas dari nilai-nilai yang ada dalam 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila.

 

Kesadaran Diri (Mindfulnes)

 

PSE berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dapat memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan sulit. Kesadaran diri memberikan penghargaan terhadap perbedaan, pemahaman diri dan orang lain, kemampuan menghadapi tantangan dan perspektif yang berbeda-beda dari orang lain (resiliensi)

 

Teknik STOP

Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam modul ini juga diajarkan  Teknik STOP, adapun PSE dengan STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, dan Proceed) artinya S-Berhenti, T-ambil nafas dalam, O-amati sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan, P- selesai dan lanjutkan. STOP sebagai teknik pembelajaran yang bermanfaat dalam membangun kesadaran penuh (mindfulness), meredakan ketegangan, mengembalikan dan membangun fokus murid.

Selain menggunakan Teknik STOP seperti tersebut sebenarnya kita juga bisa menggunakan beberapa Teknik Ice Breaking untuk menumbuhkan kesadaran penuh Kembali pada diri anak saat kesadaran penuh mereka mulai memudar. Baik Teknik STOP maupun ice Breaking ini tidak musti disetiap pembelajaran akan tetapi hanya saat dibutuhkan untuk memulihkan kesadaran penuh pada diri anak.

 

Keterkaitan Antar Materi

 

Adapun keterkaitan antar materi dari modul awal 1.1 hingga 2.2 yang penulis telah pelajarai adalah sebagai berikut:

 


Modul 1.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Filosofi Pendidikan KHD

Menurut KHD, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani.

Pemikiran KHD tersebut mengingatkan kita sebagai seorang Guru yang harus mimiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran.

 

Modul 1.2 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru yang harus mimiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran. Peran tersebut juga berkaitan dalam mewujudkan Kesejahteraan siswa (student well-being) terkait dengan keadaan emosional yang berkelanjutan yang ditandai dengan suasana hati dan sikap positif, hubungan positif dengan siswa dan guru lain, ketahanan, optimisasi diri, dan tingkat kepuasan yang tinggi dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.  Tentu untuk mewujudkan haltersebut perlu adanya sebuah kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995.

Selain hal tersebut nilai guru pengerak juga harus selalu berkepihakan kepada murid, tentu hal tersebut sangatlah selaras dengan penumbuh Kembangan Kompetensi Sosial Emosional yang secara keseluruhan sangat berpihak pada kebutuhan tumbuh kembang peserta didik baik secara Sosial dan Emosional sesuai tingkatan tumbuh kembang peserta didik di setiap jenjangnya.

 

Modul 1.3 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Visi Guru Penggerak

Sesuai Visi Guru penggerak yang saya buat Learn, Do, Share! Pembelajaran Sosial Emosional ini merupakan ilmu baru yang saya pelajari dan perlu saya praktekkan dan saya sebarluaskan ke temen sejawat untuk juga menerapkan pembelajaran ber-KSE serta penerapan pembiasaan sekolah yan ber-KSE tentu semua harus diselaraskan dengan keberpihakan pada murid dan harus memperkuat 6 dimensi dari Profil Pelajar Pancasila.

 

Modul 1.4 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Budaya Positif

Salah satu implementasi budaya positif di Sekolah adalah implementasi Pembelajaran Sosial Emosional. Sebelum mempraktekkan restitusi pada pesertadidikpun Teknik STOP ataupun Langkah penerapan KSE ini besa dilakukan kea nak.

Modul 2.1 Pembelajaran Sosial Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam pembelajaran berdiferensiasi tentu unsur-unsur PSE wajib dilakukan kususnya Teknik Maindfulnes serta pengintegrasian KSE dalam pembelajaran baik di konten, proses maupun produk anak layaknya juga harus ber-KSE.

 

Sebelum mempelajari modul 2.2, penulis berpikir bahwa Pendidikan Sosial Dan Emosional hanya dilakukan untuk pembelajaran Bimbingan Konseling (BK.

 


Setelah mempelajari modul ini, ternyata penulis menyadari bahwa pembelajaran sosial emosional juga penting untuk diterapkan oleh seluruh guru bahkan dalam pelaksanaan program dan pembiasaan di sekolah karena mengabaikan pengembangan ketrampilan sosial dan emosional akan membawa dampak buruk secara akademik dan murid yang berkembang secara sosial dan emosional bersamaan dengan berkembangnya secara akademik.

Adapun 3 hal mendasar yang penulis pelajari dalam modul 2.2 ini secara keseluruhan adalah 5 kompetensi Sosial Emosional (KSE), praktek menumbuhkan maindfulness pada diri anak, dan penerapan KSE dalam pembelajaramn maupun program dan budaya sekolah.

Berkaitan dengan tiga hal mendasar di atas, perubahan yang penulis terapkan adalah sebagai berikut:

1.    Membuat modul ajar/RPP ber-KSE

2.    Mempraktekan pembelajaran ber-KSE

3.    Mendiseminasikan Pendidikan Sosial Emosional ke rekan Sejawat

4.    Mempraktekkan Teknik STOP dalam pembelajaran

Demikian kiranya pemahaman materi dan koneksi antar materi yang bisa penulis sampaikan tentu apapun ilmu yang telah kita pelajari wajib kita praktekkan dan kita bagikan ke orang lain. Learn, Do, Share!

No comments:

Post a Comment